potato head beach club bali

Jumat, Oktober 19, 2012



Jokka-jokka ke Bali terasa belum afdol jika belum ke Potato Head Beach Club.
Makanya begitu kesempatan itu menghampiriku.... so pasti lets go!
Tempat baru yang lokasinya di Petitenget seminyak Badung ini sedang menjadi hits dengan atmosfir berbeda dari yang pernah ada bagi penikmati suasana pantai dengan cara yang lebih gaya.



Source from www.asia-bars.com
Sebelumnya Potato Head sudah duluan hadir di Pacific Place Jakarta dan sudah bikin saya terkagum-kagum dengan aplikasi jendela tua sebagai elemen estetika utamanya.
Interiornya mengadopsi konsep vintage industrial environtment yang mengekspose jaringan utilitas dan dinding beton tekstur.
Saya suka vertical gardennya di dinding yang menghubungkan area open bar dan mezanine.
Tangga kayu landai yang menghilangkan  antrede dan optrede  dibuat menerus dengan pagar-pagar besi bekas pakai penghias bagian railing menjadi akses ke mezanine.

Source -
Sayangnya fasade Potato Head gak sempat saya foto, jadinya ngambil di google aja.
Aturan begitu datang langsung di foto pas pencahayaan suasana sore lagi bagus-bagusnya, tapi ya itulah....so begitu terpesona sampe lupa ngeluarin  si putih retro Nikon J1 dari dalem tas.
Potato Head yang di Pacific Place gak pake fasade seperti ini. Saya kagum betul dengan ratusan?... atau bahkan ribuan louvres?....membentuk lingkaran gigantis berkesan unfinish yang tiba-tiba menjulang  didepan mata. layaknya tangan terampil yang menyusun potongan-potongan rumit puzlle. 
Begitu kreatif dan tak terduga.

Adalah Andra Matin, salah satu dari arsitek terbaik Indonesia yang berkarakter kuat dalam komposisi tarikan garis geometris pada desain-desainnya, yang juga termasuk arsitek favoritku selain Ridwan Kamil, Yori antar, Budiman, Yu Sing dan yang lainnya. 
Leading arsitek Potato Head ini  katanya terinspirasi dari  bentuk tower melingkar fasada kuno Roman Coliseum.Jauh skali ya inspirasi itu datang.....


Tempatnya memang benar-benar asyik.... denger-denger katanya mengalahkan KU DE TA yang sudah lebih dulu jadi favorit penikmat suasana pantai.
Di sini, penikmat koktail akan dimanjakan dengan koleksi wine,  bir lokal dan import yang semuanya dari kelas premium.  Coba aja bloody mary dan millionaire martini ....sangat recomended.
Saya sih bukan penikmat koktail, yah...paling jauh juga bir itupun zero.


Duduk-duduk santai disini walopun gak ikutan kecipak-kecipuk air dan gak pake bikini lagi seperti diriku dulu dijaman jahiliyah tetaplah oh so nice....., apalagi bisa sambil cuci mata pada aneka bangsa yang lalu lalang,  ehm....


Penikmat suasana pantai ini betul-betul termanjakan dengan peletakan daybed ukuran besar sepanjang garis kolam renang yang menghadap depan pantai. Bisa ngobrol, makan dan minum, membaca, tidur-tiduran....rileks menikmati suasana sore menyambut matahari terbenam. 
Serasa waktu menghilang dibelakang...
Nyamanna taua.


Seperti di bagian fasadenya, window louvres yang disini kita sebut jendela krepyak juga menutupi bagian dinding dan plafon. Jendela-jendela krepyak tua ini dipertahankan dalam warna-warni aslinya tanpa finishing dan digabungkan dengan elemen-elemen kontemporer.
Ruang-ruang tanpa dinding masif dipisahkan split level yang semakin menurun ke arah depan pantai.


Modern retro, yang diambil dari abad pertengahan menjadi inspirasi utama konsep interior Potato Head,  dimana gaya art deco menandai periode pergerakan moderen yang energinya berkobar-kobar memperlihatkan tujuan yang jelas dalam seni, arsitektr dan desain.
Metode dan teknik produksi  furnitur pada masa itu sudah menggunakan teknologi moderen, sehingga bentuk-bentuk furnitur menjadi lebih lentur, organik dan minim ornamen.


Coffee table rendah yang kaki-kakinya bergaya pasak di padu kursi dan sofa dalam style berbeda yang menghilangkan kesan monoton, membentuk ruang-ruang dinning komunal yang bersuasana lebih casual dan rileks.


Bufet sexy bergaya mid-century moderen ini mirip bufet di home officeku.


Kalo saya berfoto depan bufet sexy ini jadinya saling melengkapi kan.
Logika visualnya begini saja: 
bufetnya mewakili keseksian abad modern pertengahan, dan sayanya mewakili keseksian abad modern masa kini, match kan....


Fortuny Lamp, lampu lantai karya Mariano Fortuny yang terinspirasi Orient, China dan Italian Renaissance style ini adalah salah satu wish listku.
Banyak sih sebenarnya desain lampu dari era mid century yang masih diproduksi ulang sampe sekarang, termasuk lampu lantai Arco yang juga fenomenal sampe sekarang. Itu lo yang pipanya tinggi menunduk kayak bintang jatuh. 
Tapi  lampu studio style berkaki tripod ini keseksiannya dalam mengangkat statement modern retro sebuah ruang belum terbantahkan sampe sekarang.


Duduk santai di salah satu sofa-sofa yang di lay out linear menghadap muka pantai sambil menikmati suasana menanti pergantian waktu sore ke malam yang ditandai dengan perubahan warna langit berangsur-angsur dari biru ke tembaga....


Seperti menonton teater pertunjukan natural dimana langit sebagai layar teatrikalnya dan panggung pada seluas-luasnya lautan.....
Ada decak kangum, sorak riuh dan pake tepuk tangan juga...


Lilin-lilin dan titik-titik lampu mulai dinyalakan saat sekitar berangsur menjadi siluet gelap. 
Inilah point utama keunikan konsep desain Potato Head, dimana entertainment sebagai point utama dari paduan kombinasi   haute cuisine, exotic cocktails  ,   music, art dan fashion. 


Sebuah klimax  yang merangkum semua. 
Pengalaman visual yang dituangkan dalam estetika ruang, padu padan elemen bangunan dan elemen natural dari birunya langit, lautan, pasir pantai dan vegetasi tropis mengcreated atmosfir tak terlupakan,
sunset...pada suatu sore, dan.
selamat datang malam.....

You Might Also Like

2 komentar

Subscribe