mie kering Awa jalan Bali
Jumat, Oktober 28, 2011
Tadi malam untuk
yang kebanyak kalinya kami berempat satu paket menikmati mie kering di awa. Hit
list pilihan menu makan malam di Makassar sekaligus jadi akses penghalang
terberatku untuk kembali ke body asal. Sulit dibedakan apakah lapar, doyan atau
sudah addicted. Susahnya mencari tempat parkir mobil dan panjangnya antrian menunjukkan bahwa kami tidak sendirian.
Letaknya didaerah
pemukiman Pecinan tua dirumah bertingkat
yang juga sudah tua. Kondisi awalnya suram dengan dinding penuh tempelan foto
para artis yang pernah makan disitu, foto para caleg dan poster aneka event. Sekarang
sudah direnov lebih layak berkuliner dan ada beberapa payung tenda tambahan
diseberang jalan, bahkan buka cabang
dilain lokasi. Nunggunya juga pake lama karna mesti dimasak dulu disetiap
orderan .
Begitu kita turun
dari mobil, atau ketika melintas didepannya mencari parkiran yang lowong,
semerbak tumisannya menggoda indra dari tungku batubara dan wajan raksasanya
yang tidak pernah berhenti berproses. Atraksi masaknya mengawali sensasi berkuliner membuat menunggu
jadi terasa mengasyikkan. Gak ada meja counter, gak ada open kitchen….semua
berbaur disekitar meja kasir, gerobak masak dan susunan piring. Diantara percikan api satu persatu keranjang
berisi potongan ayam, udang, cumi , gorengan dicemplungkan ke dalam wajan
….lalu kuah kentalnya dan keranjang besar berisi potongan sayur sawi segar.
Disebelahnya baki-baki besar berisi piring menunggu dituang dan
diantarkan ke meja-meja.
mie kuah |
Awa, mie
kering khas Makassar biasa disebut mie Titi
sesuai dengan nama peracik pertamanya ini adalah sejenis ifu mie. Mie yang digoreng garing, ada juga yang
dibakar, lalu disiram dengan kuah kentalnya.
mie kering |
Tiba dimeja
pemesan, mie ini dinikmati dengan telur dadar iris, bawang merah goreng atau
cincangan bawang putih
dan….lombok biji berkuah cair semacam acar cabe kecil,
disini disebut Lombok anjing….mungkin saking pedisnya jadi
mengumpat..he..he…
lalu perasan jeruk nipis, merica dan Lombok kuning , jadinya pedis-pedis
kacci….he..he…
Mmmm…..paduan
garingx mie, segarnya sawi dan kentalnya kuah yang dimasak bara panasnya
bertahan sampai suapan terakhir. Gak
heran barisan antriannya selalu panjang kayak pengungsi , ditungguin disamping
meja selagi kita makan itu sudah biasa, walaupun bikin jengkel tapi selalu
ingin kembali menikmati. Abis enak,
gimana dong…..
Pulangnya kita
lewat depan Benteng Fort Rotterdam. Sejajar dengan garis pantai Losari
kursi-kursi berjejer diantara butir-butir kelapa muda yang disusun menggunung,
berselang-seling dengan warung tenda penjual makanan aneka seafood. Mampir
sebentar didepan parkiran dermaga tua menuju ke Pulau Kayangan menikmati air
kelapa muda yang mmm…..mmmenyegarkan juga baik untuk menebus dosa kolesterol
dari nikmatnya mie kering Awa tadi…..asal jangan tergiur mencicipi ikan bakar
lagi, simpan keinginan itu di malam yang lain. Makassarku punya banyak rupa-rupa kuliner khas untuk
dinikmati dipagi, disiang dan dimalam hari.
Ayo ke Makassar….
Ayo ke Makassar….
0 komentar