tips merencanakan liburan anak tanpa orang tua.

Sabtu, Juni 13, 2015


Ada debar halus mengantar the brondong blues berlibur ke Bali bersama sepupu dan sahabat. Ini kali pertama mereka berlibur tanpa kami, iMom dan om brewok.
Segalanya sudah mereka persiapkan sendiri, mulai dari membeli tiket di expo Garuda pada awal tahun dan menghitung budget penginapan, sewa motor, dan makan.
Pengen juga siih ikutan sesuai rencana awal, saya dan om brewok ke Bali sehari sebelum mereka, atau nyusul sehari setelahnya, eh…semakin kesini rencananya semakin susah di wujudkan karena kesibukan om brewok yang tidak bisa di tinggal.
Karena ini liburan pertama mereka tanpa kami, jadi ada beberapa hal dalam menyusun rencana liburan yang kita diskusikan bersama, seperti:


Jumlah peserta liburan.
Sebaiknya dimulai dengan kelompok kecil dulu, supaya bisa di sesuaikan dengan kapasitas kendaraan sewa. Jika berempat its oke untuk sewa motor dan juga jika menggunakan taxi misalnya dari dan ke bandara.

Itinerary selama seminggu sudah harus ada sebelum hari H.
Untuk soal ini mereka mempercayakan iMom yang menyusunnya dan di edit om brewok untuk beberapa tempat yang menurutnya terlalu jauh. Saya mengatur hari, memilih lokasi jalan-jalan pada area yang sama supaya perjalanannya efektif, hal-hal yang menarik dari tempat yang akan di kunjungi termasuk tarif tiket, alternative lokasi jika mereka kurang tertarik, panduan arah jalan yang sebaiknya dilewati, serta tempat makan di sekitar area dan menu pilihan.
Walaupun semua tempat rata-rata sudah pernah dikunjungi dan mereka menggunakan gps dan google map, tetap saja saya membuatnya secara detail. Termasuk jadwal city check in, beberapa kafe dengan live music oke rekomendasi om brewok, fast food yang Makassar belum punya, tempat-tempat nongkrong asyik, juga toko yang menjual produk fashion yang pasti mereka suka.  Dengan tentunya note dari mereka: perbanyak jam free schedule, tidak ada list oleh-oleh, dan mama papa jangan tiba-tiba check in di hotel sebelah.Tenaaang....mama sudah lama meninggalkan dunia gemerlap Kuta dan sekitarnya. Sekarang ini kalo ke Bali ya jadi traveler slow and relax saja ke tempat-tempat berkategori aman. :))

Liburan di kesempatan sebelumnya at Garuda Wisnu Kencana bersama the brondongs blues.
Akomodasi.
Sudah sejak awal mereka milih di area Poppies Lane 2 untuk tempat nginapnya, lokasi yang hits di seantero dunia untuk penikmat suasana happy ala Kuta, pantai, kuliner, kafe, live music dan gemerlap malam. Sama sekali menolak  ditawarin nginap di Berry Hotel yang serba ungu, Cipaganti Legian Hotel yang masih baru bersama paket garuda waktu itu, dan Rivavi fashion Hotel yang cantik tempat kita nginap di liburan kemarin. Maunya di Poppies Lane 2,  titik!...aaah anak-anak muda ini. Jadinya iMom sibuk browsing dan blog walking ke beberapa traveler blogger,  plus contact salah satu teman om brewok yang bergerak di bisnis ini untuk mencarikan penginapan yang sesuai, menjemput dan mengantar ke Bandara, menemani check in, menyediakan motor dan beberapa keperluan mereka selama disana.

Uang cash.
Mereka menunjuk sahabatnya sebagai bendahara. Bawa cash secukupnya saja untuk makan, bensin, tiket masuk, dan jajan minum plus cemilan. Ngopi di kafe, nonton live music, atau makan di resto, fast food dan shopping cukup pake debit card saja.
Sim, ktp, print out tiket, atm, disimpan ditempat aman.
Handphone sudah terisi pulsa dan kuota internet, gadget, charger, colokan tambahan, jangan sampe telpon iMom gak digubris alasan lowbatt ato no signal. No way.

Perlengkapan 
Untuk mandi, jaket, sunblock, sandal jepit, sarung shalat harus selalu di ransel untuk singgah di Mesjid karena sehari-hari bercelana pendek. Untuk liburan seminggu tidak perlu bawa baju banyak, kan bisa laundry.
Awalnya menolak waktu saya sodorin bungkusan kecil berisi obat diare, sakit kepala, maag, masuk angin, dan vitamin. Ngelesnya kan banyak maa mini market dekat hotel, tapi iMom tetap no way.

Terakhir, wanti-wanti ala ortu yang tidak bisa di tawar
Aktifkan selalu gps, kalo ini sih pastilahyaa namanya juga traveling ala backpacker  walaupun mereka sudah paham Bali map di liburan kemarin bersama kami tetaplah ada wanti-wantinya.
 Jangan dugem kemalaman, tidak perlu ikut coba-coba mushroom yang di tawarkan di pantai dan sepanjang Kuta Legian, kalo ke toilet di kafe usahakan tidak sendiri dan harus saling menjaga minuman di meja siapa tahu ada yang nakal memasukkan serbuk obat, dan jangan pernah mau dititipin barang atau bungkusan oleh siapapun di bandara atau di manapun. 
Deal nak? just pack and go….

Sanur Beach
Garuda Wisnu Kencana
nah yaa... puas-puasin jajan fast food kalo gak sama iMom.
Sempat di undang perform di acara Crossing Blues Charity by Denpasar Blues Comunity.
Have fun go mad

Kesepian ditinggal liburan saya habiskan di cozy craft studio dengan bereksperimen membuat pola baru sekaligus menyelesaikan beberapa blus tanpa jeda. Rumah sepi dari suara-suara heboh kamar depan, candaan dan ejekan, saling bertanya makan apa dimana, rame berempat desak-desakan diatas tempat tidur kami ketika malam jam berapapun saat om brewok pulang. Aahhh, semakin sepi karna si om juga sibuk mempersiapkan event ultah Makassar walopun sesekali mengajak dinner atau duduk-duduk ngopi berdua di kafe.
Eh baru juga dua hari dilanda sepi, saat dijemput makan siang berdua si om ngasih tau kalo tiket kami berdua nyusul ke Bali sudah di pesan, dan diam-diam ingin memberi kejutan mengundang para brondongs backpacker itu untuk nginap di Hard Rock Hotel. Aduh, dilema!. Saya tentu mau, mau sekali malah, tapi sudah janji untuk tidak nyusul ke Bali. :((
Seminggu rasanya lamaaa…dari hari ke hari sampe saatnya menjemput mereka di bandara. Yeeaayy!!.

mulai pinter belanjaa...
katanya untuk guru-guru di sekolah, teman, dan om tante, cukup satu macam oleh-oleh saja: Pie Susu yang jumlahnya banyaaak sekali!
Lulur Bali juga ada buat iMom, katanya sampe minta tolong dipilihkan si mba. Duuuuhh...padahal katanya gak boleh ada list oleh-oleh. Untung tetap masukkan Krisna Pusat Oleh-oleh ke itinerarynya walaupun di sambut dengan muka meringis.
Sebagai ortu, kami mencoba menahan diri untuk tidak terkesan menggurui karena merasa lebih tahu,  mendengar pendapat, menerima masukan dan juga kritikan supaya mereka tidak menarik diri dan menjadikan kita sebagai teman sharing.
Dikit-dikit tanpa di WA duluan, mereka bergantian chatt ke iMom: sedang berada di mana, lagi ngapain, ngirim foto mulai dari foto kamar, toilet, kolam renang, lagi makan apa, suasana sekitar jalan-jalannya, bertanya rute, perubahan jadwal, ngasih tahu jadwal ketemu komunitas blues di Bali sekaligus diajak manggung di event mereka di Denpasar, sampai foto ketika mandi :)) padahal kalo di rumah susah betul di suruh mandi, bales WA dan kadang males jawab telpon.
Komunikasinya malah jadi lebih intens deh…., termasuk PING! minta transfer dana untuk shopping kostum dan property manggung. Halah!
Pandawa Beach
Banyak cerita yang di bawa pulang, banyak pengalaman, kelucuan dan kekonyolan khas remaja yang di bagi bersama tawa, juga kelebihan budget yang mereka bagi merata dan di masukkan kembali ke rekening masing-masing, untuk bersiap  ke rencana liburan berikutnya.


You Might Also Like

19 komentar

  1. Senang membacanya .. juga terharu. Di sini ada kisah ttg mamak2 yang belajar utk menjadi lebih baik bagi anak2 remajanya *di situ saya merasa terharu* . senang membaca bagian yang the brondongs gantiang menmgabari mamaknya (padahal kalo di rumah susah ya hehehe). Saya selalu suka membaca tulisan2 seperti ini ....

    Sering2 ki' bikin tulisan ttg bagaimana menjaga komunikasi dengan the brondongs, Kak biar saya bisa belajar ... sulungku insya Allah akan naik kelas 3 SMP, tentunya pola menghadapi dia harus sesuai remaja ....

    TFS Kak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Niar, semakin ke sini kami jadi seperti berteman saja, dalam hal berkomunikasi. saya dan papanya berusaha membawa diri se cair mungkin. kita sama-sama belajar menjadi orang tua yang beranjak remaja. apalagi di keluarga saya anak laki-laki adalah hal yang baruuu dialami ketika si kembar lahir karena kami bersaudara empat perempuan semua! . makasih Niar sarannya akan saya sering-seringkan deh posting tentang kehebohan menjadi emaknya the brondongs blues yaa...

      Hapus
    2. wah beruntung ya punya orang tua yang care sma kita..orang tua saya juga gitu

      Hapus
    3. beruntung sekali...apalagi di jaman banyak berita dan kejadian kekerasan pada anak seperti sekarang ya. tapi pada umumnya semua orang tua care pada anaknya. salam buat orang tuanya mba.

      Hapus
  2. Waaaah anaknya sudah perjaka semua ya padahal mamahnya masih kelihatan muda :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. aih..aiiihh...komen begini nih yang bikin bersemu..pura-pura malu tapi suka!

      Hapus
  3. Salah satu keharusan ortu adalah mengawal mereka hanya setengah jalan dan tetap percaya mereka bisa mengambil keputusan bijak. Gitu kan ya Bu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali mba Susi. kemaren di mobil berdua suami kami membahas stat mba Susi di FB yang tinggal di desa pengrajin furniture. kapan-kapan kami mau main aahh ke Jepara sekalian hunting furniture.

      Hapus
  4. waaahhh...ini sih emaknya gaul abis ikh...sayang anak banget...
    senangnya punya mamah gaul macam mba ini, bisa diajak ngrencanain liburan, nyusun itin dsb...
    hihihi...tetap semangat mba :)
    salam kenal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. gitu ya...kalo gitu kapan-kapan kita juga bergaul di ketemuan ya. etapi traveling itu memang asyik kan bikin nyandu dan fresh untuk balik ke keseharian.

      Hapus
  5. Liburan yang menyenangkan. Paling seru kalau sama-sama kayak begitu.

    BalasHapus
  6. Untuk liburan sendiri seperti ini menyusun itenarary penting banget krn bisa membantu menentukan lokasi nginap sesuai budget, naik transport apa dan printilan-printilan lainnya. Sukses ya jalan-jalan berikutnya.

    BalasHapus
  7. bagian terakhirnya gak nahan...ping! minta tambahan dana.... hahahaha... namanya juga anak ya mbak ^_^

    BalasHapus
  8. Asyik ya mbak, putranya dah besar-besar, nick name nya lucu, brondong,hahaha, jadi bayangin duo anak lanang saya jadi abg nih.

    BalasHapus

Subscribe