Yuk, Enjoy Sunset Makassar Dari Rooftop Kafe Ini!

Minggu, Maret 11, 2018



iMom langsung jatuh hati di langkah pertama menjejak indoor kafe ini.
Small room dengan suasana warm dari lantai motif serat kayu dan dinding putih batu bata ekspose, serta semerbak harum aroma kopi menyeruak di seantero ruang, dengan beberapa dudukan yang asyik untuk membuka laptop ditemani secangkir kopi atau secangkir teh dan segelas air putih serta sepotong kue lekker.
Kontras dengan suasana jalan di bagian luar yang padat dan ramai, suasana di bagian dalam kafe yang tidak begitu luas ini terasa teduh menyentuh skala homey.


Di perkuat view deretan kuliner khas makassar di sepanjang jalan garis pantai, ada rasa klik dengan kafe yang namanya mengingatkan salah satu brand coklat lokal Bali kesukaan iMom.


Sore itu kami sedang kepengen mengisi weekend dengan menikmati sunset dari rooftop kafe.
Tapi dalam perjalanan keluar rumah pun kami masih belum memutuskan akan duduk menghabiskan sore di kafe depan pantai atau menikmati sunset dari ketinggian kafe hotel.
Dan karena sore sedang cerah jadi kami putuskan memilih kafe yang terletak depan garis pantai saja.

Sebagai pertimbangan duduk di kafe pada sore hari, yaitu :
. tempat dan viewnya oke
. tidak terlalu ramai
. pengaturan layout kursi yang dibuat tidak berdekatan.
. pilihan menu tidak jadi masalah selama ada teh dan pisang goreng.
. toilet bersih dan dibuat terpisah untuk laki dan perempuan,
. dan karena moment menikmati sunset justru saat sebelum dan setelah Maghrib maka kalo bisa kafe itu sebaiknya menyediakan ruang shalat yang representatif supaya tidak mesti buru-buru meninggalkan kafe.
Dalam pengamatan iMom di Makassar ini masih banyak kafe dan hotel yang di desain canggih memikat mata tapi meletakkan ruang shalat jauh di bagian belakang bangunan yang berdampingan dengan area service, sempit, dan sangat tidak layak.

Idealnya kan segalanya diusahakan dibuat dalam skala seimbang berkualitas antara nongki dan beribadah harus berjalan beriringan. Setuju?
iMom sama sekali tidak ada maksud menggurui yaaa....  ini sekedar share pemilihan kafe yang menurut iMom akan ideal jika dilengkapi dengan ruang shalat yang representatif sekaligus menjadi masukan untuk para pengelola kafe, resto dan hotel.


Awalnya kami memilih salah satu dari Ballairate Hotel Pantai Gapura atau Pier 52 yang viewnya oke dengan pilihan menu yang kami suka,  tapi karena kedua tempat ini belum berinovasi dari desain lamanya bahkan memberi kesan menyedihkan jadi iMom mengusulkan bagaimana kalau kita ke Pod House saja.

Pod House
Nama kafe ini sudah lama masuk dalam list ArchitecTour. Kalau kalian bersama iMom di Facebook pasti sudah familiar dengan album bertittle ArchitectTour yang meng capture kafe, hotel, dan tempat-tempat komersil yang pernah iMom datangi walaupun belum semuanya sempat di share ke album. Kafe dengan rooftop view pantai juga kafe dengan rooftop garden adalah salah satu yang masuk dalam list ArchitecTour.
Tapi Om Brewok ya gitu deh orangnya suka males mencoba makanan atau tempat baru sebelum mendengar rekomendasi dari orang atau sumber yang dia percaya. Walaupun tetap ada beberapa tempat yang lolos dari keengganan si Om dengan sedikit di 'seret' iMom seperti waktu ke Toko Kopi Ujung dan ke Paddy Valley yang ternyata si Om malah suka dan mengajak berkunjung kembali. Kaan... itu namanya tak kenal maka tak sayang, kalo situ belum kenal ya jangan banyak protes dulu.

Baca: Kenapa iMom Lebih Memilih Hot Chocolate di Toko Ujung Pusat Oleh-Oleh Makassar.


Indoor kafe yang di layout linear megikuti garis dinding sekaligus sebagai jalur sirkulasi menuju ke area bar. Pemilihan warna putih pada dinding bata ekspose dan perabot yang minimalis dengan aksen industrial memberi kesan luas pada kafe ini. Beberapa tanaman artifisial dan lampu gantung membawa napas natural sebagai menyambung suasana outdoor pantai dengan deretan pepohonan di sepanjang garis jalan di luar kafe.



Dudukan di sudut yang di lengkapi colokan listrik yang kini menjadi syarat ideal nyamannya sebuah kafe ini bikin iMom berniat datang kembali dengan membawa laptop untuk nge draft tulisan atau sekedar membuat sketsa desain di tablet.
Pilihan menu minumannya cukup banyak, coffee mostly, dan beberapa kue untuk yang bergigi manis seperti iMom.


iMom baru tahu kalo ternyata area kafe ini dibuat menyatu dengan area lobby hotel.
Terus terang belum punya bayangan gedung diantara deretan ruko pinggir pantai ini seperti apa fungsi bagunannya karena yang kami tahu ya kafe dengan rooftop tentu berada di bagian atas gedung.

" ke roof topnya lewat mana ya mbak ?", tanya iMom pada mbak pramusaji.
" naik ke lantai empat lewat sini bu," katanya sambil menunjuk tangga yang berada di balik sisi dinding.
" oh ? ... lift nya sebelah mana mbak ?",
" naik tangga saja bu ", dijawab dengan senyum manis penuh pengertian karena mungkin sudah terlalu sering mendapat pertanyaan seperti itu.
Waduh, membayangkan naik ke lantai empat tanpa lift koq ya jadi kepengen balik kanan graak saja.
" lalu, yang lantai dua dan tiganya diperuntukan untuk apa mbak ?", penasaran iMom masih berlanjut.
" itu mi hotelnya bu ",
" oh ya? lobbynya sebelah mana mbak ?" melihat sekeliling sambil bersamaan mata kami tertuju ke sebuah meja kerja.
" di sini juga lobby nya bu ".

Setelah ngerti bakalan naik manual ke lantai empat iMom duduk sejenak menunggu Om Brewok yang masih sibuk memesan minuman sambil mulai bersiap mengambil napas dalam dan berhitung dalam hati : kira-kira setaralaah dengan sepuluh sampai lima belas menitan jalan pelan di treadmill.
Om Brewok menghampiri iMom diikuti mbak yang tadi,

" pesanannya nanti diantarkan ke atas ya pak.. bu, silahkan...  ", sambil mempersilahkan kami naik.
Sangat sopan dan informatif, begitu kesan iMom.


Mari mulai naik tangga,
satu,
dua,
tiga,
...
Walaupun ukuran ruangannya tidak besar dan dibatasi tembok dengan bukaan tipis, area tangga ini cukup nyaman dengan lantai kayu yang hangat, pencahayaan cukup, dan pegangan yang kokoh.
Say thanks to green smoothies sore hari setelah sesi treadmill tiga kali seminggu yang bekerja baik di badan iMom.


Lantai 2 ....

Sebuah meja kecil berhias pajangan artistik bertema etnik nautical di setiap lantai dan border yang sekaligus sebagai foyer dan jeda mengambil napas panjang.
Etapi jadinya gak sempat motret karena sibuk menghemat napas iMom share foto dari Instagram kafe ini saja ya.



lantai 3 ...

Tempat menginap ala hotel di Jepang yang cocok untuk backpakers dan untuk traveling beramai-ramai dengan teman grup atau komunitas, juga untuk yang ingin menikmati pengalaman menginap yang unik dalam suasana yang berbeda dari biasanya.
Tempat tidurnya menerapkan konsep bunkbed yang efisien untuk memaksimalkan penggunaan ruang yang tidak terlalu luas.

Baca : Membuat Bunkbed Voor My Kids


Konsep ini juga yang kami pilih saat The Brondongs Blues meninggalkan kamar tidur mereka yang bertema kanak-kanak yang berwarna-warni dengan rak berisi mainan dan tempat tidur dinosaurus untuk pindah ke kamar depan yang di desain sesuai usia remaja, usia mereka saat itu.

Konsep bunkbed dengan solusi maksimal ini sangat cocok untuk diterapkan pada kamar anak utamanya untuk digunakan bersama. Bagian atas untuk area tempat tidur mereka, sementara bagian bawah bisa dimanfaatkan untuk lemari, banyak rak penyimpanan, meja belajar, bahkan di kamar The Brondong Blues waktu itu masih bisa ditambahkan satu daybed untuk nonton dan main game sekaligus berfungsi untuk tempat tidur tambahan jika ada sepupu atau teman yang menginap. Smart.
Balik lagi ke Pod House,

and the roof top,

Sampai juga ke lantai empat ....

Aaahh... 
Indahnya view laut Makassar di lihat dari atas sini.
Di bagian bawah terlihat Anjungan Pantai Losari yang tidak pernah sepi dengan keramaian lalu lalang kendaraan, pejalan kaki dan deretan kuliner.







Moment menikmati sunset dari Pantai Losari juga dari kafe dengan roof top harus dinikmati sesering mungkin. Karena saat pembangunan Centre Point Of Indonesia rampung nanti sunset hanya akan menjadi milik segelintir kafe dan hotel, bukan lagi milik bibir Pantai Losari.

Baca : Sunset Di Tapeo Gastrobar Beachwalk Kuta Bali.

Area roof top kafe ini dihiasi dudukan yang eye catching.






Sofa-sofa yang dihias upholstery warna meriah di layout di sepanjang dinding roof top.
Beberapa tanaman dalam pot besar memberi kesan teduh rooftop ini walopun tentunya sangat tidak membantu di siang hari yaaa... tau sendiri kaan gimana membaranya matahari siang pinggir pantai.
Lagipula rooftop memang asyiknya dinikmati saat momen sunset dan malam hari, kecuali di Bali ya.

Tapii, ini sekedar dari mata iMom saja ya, jika tanaman nya diganti dengan bermacam tanaman tropical seperti daun talas, monstera, sanchivera, palem-paleman dan pisang-pisangan, tentu lebih menarik lagi seperti membawa suasana tropical ke atas sini juga dipercantik dengan pernik interior nautical yang senada dengan pemandangan di depan sana.

Tapi sudahlah, dengan interior minimalis seperti ini pun suasana sore sudah terasa sangat menyenangkan. Yang utama kan adalah apa yang ada depan sejauh mata memandang. 


Karena durasi sorenya masih lumayan panjang iMom rada nyesal tidak memesan sepotong kue coklat yang tadi di etalase  terlihat menggoda. Tapi ya itu tadi karena letaknya di atas tanpa alat untuk berkomunikasi dengan bar di lantai dasar dan mesti naik manual, terpaksa niat memesan diurungkan. Ada rasa tidak tega begitu ya jika cuma memesan satu menu tambahan. 
Kita cukupkan saja dengan segelas Avocado Coffee, Ice Cappucino, se ember kecil kentang goreng, dan koran yang tidak sempat di baca.

Oh ya, di roof top ini juga tersedia toilet yang belum sempat iMom eksplore.
Khusus di kafe ini kita sengaja tidak bertanya dimana letak ruang shalat yang mungkin ada mungkin juga tidak. Kebayang kaan gimana jika toilet dan ruang shalat di letakkan di lantai satu, bisa gempor kaki jelang setengah abad ini mesti dipake bolak-balik naik ke lantai empat.
Dengan pertimbangan daripada nanti merusak kesan yang sudah terlanjur suka dengan kafe ini, mendingan kita sudahi saja dulu menikmati viewnya dan beranjak pulang saat menjelang masuk waktu Maghrib.
Sambil pegangan tangan ke Om Brewok karena takut terpeleset dan membuyarkan kesan indah yang sudah terekam memory, berkata iMom dalam hati :
" next kalo kesini lagi semoga sudah ada liftnya ".

Dan memang, tak lama kemudian iMom berkunjung kesini lagi bersama The Brondongs Blues yang pulang liburan tahun baru kemarin sambil menunggu Om Brewok yang sibuk dengan para vendor untuk eventnya di Anjungan Pantai Losari.
Sayangnya kami tidak menikmati sunset di roof top kafe ini karena saat itu sedang mengguyur hujan sederas-derasnya. Lagipula katanya mereka sudah beberapa kali menikmati roof top kafe ini bersama teman-temannya.



Makassar memang punya cerita sore menikmati sunset dari bibir pantai, balkon kafe yang menghadap laut, atau dari ketinggian roof top yang tidak semua dimiliki oleh kota-kota di Indonesia bahkan di dunia.

Seperti apa tempat fave menikmati wiken di kota kalian?
Share di komen ya, 
Siapa tahu iMom berkesempatan untuk berkunjung.




Salam Kreatif,
Be Happy, Be You.



You Might Also Like

20 komentar

  1. Pernahkaa arisan di sini deh poso naik tanggaaaa hahahahah tp terbayarkan poso nya dengan pemandangan yg cantikkkkk 😍 tp kalau next kunjungan bakal mikir2 lg karena nda ada makanan beratnya dan capek naik tangga hahaha tp kalo foto2 di lobby san rooftop kerennn hasilnyaa imom

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaa...apalagi dirikuuuh. Kayaknya yang kesini mau nyari pemandangan beda dari kafe yang lain ya apalagi sunsetnya dilihat dari roof top.

      Hapus
  2. Wawww sukanya baca tulisan iMom yang ini. Seakan ikut merasakan poso naik tangga dan memghitung setiap lantai hihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh kalo bundanya babyJo gak bakalan posolaah. Kan kulantu" masih fresh tooh. kalo orang semacam iMom ji ini kasyaan yang perlu ekstra napas panjang.

      Hapus
  3. Oo ini tuh penginapan plus resto dalam satu bangunan ya. Belum pernah ka ke sini. Kayaknya teteh perlu relax kongkow kongkow ngopi sambil lihat sunset di sini juga deh. Biar deh poso naik tangga, asal bisa melihat sunset gak apa-apa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naiklah teeh ... percaya deh, indahnya sunset dari atas sini seimbang koq dengan usaha. Asalkan pilih di sore yang cerah ya kalo sudah agak mendung mending gak usah, tau-tau belum sampe atas malah keburu hujan.

      Hapus
  4. Wiiiih sampe atas emang beneran cakep ya view-nya, alhamdulillaah.. terbayarkan capeknya naik tangga yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cakep banget, beneran. Terbayar capeknya dari segi mata ya tapi dari segi tungkai sepertinyaaa.... hehehee.

      Hapus
  5. Bagus sekali kualitas fotonya iMom, tempatnya jg baguus. Bisa jd referensi menikmati sunset kalau ke Makassar nih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya bener. Di Makassar juga masih banyak spot menikmati sunset yang cantik.

      Hapus
  6. Saya belum pernah ke sini.. Ternyata cantik ya, baik itu di lt.dasar, apalagi di lt.4.
    Pankapan miting di sini yuk!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayoooo.... tapi mesti tarik napas panjang dulu. Yuk mamie sebelum masuk musim hujan ya.

      Hapus
  7. selalu suka dengan kafe/hotel yang punya rooftop..apalagi menikmati secangkir cokelat panas di kala senja..perfect

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah samaan dong kita yaaa. Suka dengan rooftop dan hot chocolate. Mmmm.... apalagi dengan ditemani sunset. Oh my!

      Hapus
  8. Aku udah baca 2x tapi belum ke sini juga. Kami memang jarang nongkrong di cafe dekat pantai, soalnya aku anaknya gampang masup angin ha ha ha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaa... kebalikan dari iMom dan Om Brewok yang suka banget duduk di kafe seaview padahal iMom juga semacam rapuh gitu sama angin palagi kan bobotnya memang ringan. *wink

      Hapus
  9. Jadi kangen mau bang out sore-sore sambil menikmati suasana. Aku rindu jalan-jalan. Loh jadi curhat wkwkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayuuuk jangan dibiarkan sore-sore cerah berlalu begitu saja. Apalagi di kota yang punya seaview kafe dan sunset. Harus dibikin enjoyyy.

      Hapus
  10. ayo deh imom janjian sunset di sini ,, golden hour menerpa wajah ughh lalaaa
    tapi adapi brondong blues dehhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo deeh bunda, itu mamie sudah mau mi juga. Biar mi kehadiran teteh yang harus banyakin istirahat dalam beberapa bulan ke depan next digantikan mi dulu sama The Brondongs Blues. Siapa tau mamak-mamak perlu di gendong hahahaa...

      Hapus

Subscribe