Mungkin karena sudah bakat alamnya kali ya, instink masak mamie spontan keluar begitu melihat beberapa pohon pepaya tumbuh liar dan rendah di pinggiran jembatan merah waktu refreshing ke Malino minggu kemaren.
Ini lanjutan postingan Hotel Colonial Makassar beberapa hari yang lalu.
Jika di postingan sebelumnya yang kita sorot tentang etnik yang menjadi aksen utama hotel, kali ini sesuai janji saya akan memposting detail interior deluxe suite tempat kami nginap.
Tidak banyak hotel di Makassar yang di percantik dengan perabot antik yang menegaskan aura magis tempoe doeloe sejak awal menginjakkan kaki sampai ke dalam ruang tidurnya.
Colonial Hotel Makassar.
Sesuai
dengan namanya, hotel yang keberadaannya masih terbilang pendatang baru
di jalan Tanjung Bunga Makassar ini mengadaptasi kemegahan arsitektur
klasik kolonial.
Saya suka dengan bentuk susunan jendela krepyak di potato head di Pacific Mall Jakarta, dan menjadi semakin suka waktu kemarin menikmati sunset di Potato head Bali.
Kemarin saya posting infinity pool yang di hotel Aston Makassar, sekarang saya juga mau posting tentang kolam yang selalu bikin saya menatap lebih lama, selain karena suka dengan efek tumpahnya, saya juga suka dengan atmosfir sekitar yang terbangun berkat keberadaan kolam model ini.
Kemaren sore setelah nganter si brondongs kacci les music, berdua kekasihku mengisi sore dengan jokka-jokka bertema air. Bukan pergi renang, mancing ato ke pulau, tapi kita memilih mendatangi tempat yang segaris pantai Losari setelah malem sebelumnya kita dan brondongs kacci ke Trans Mall yang juga berada di garis pantai. Sekalian ketemuan dengan sahabat-sahabatku yang sudah bisa ditebak tidak meleset dari shopping, makan, becanda dan ketawa heboh yang selalu bikin kangen.