teduhkan mata di resto Labhagga Bedugul Bali

Rabu, April 17, 2013


Padahal sudah sering bolak-balik ke Bedugul dan selalu sempatkan singgah mampir makan siang atau makan sore, tapi baru kali ini mampir disini dan tau kalo ada tempat persinggahan makan sekaligus tempat meneduhkan mata seperti ini.

Dari depan sih restonya biasa aja, tidak terlalu besar dan halamannya dipenuhi bus-bus pariwisata. 
Begitu menginjakkan kaki ke halaman parkir, mata sudah langsung disambut kolam pas dibibir tebing depan main entrance resto dan view yang sedari tadi mengikuti  sepanjang jalan ke Bedugul.


Masuk ke dalam resto yang berupa balkon luas dengan meja-meja makan yang ditata mendekat ke garis ballustrade, dan ternyata banyak orang ya, dari berbagai bangsa pula, kita dipersilahkan menuju tangga turun, dan ketemu balkon luas seperti sebelumnya, dan turun lagi sampai ke balkon ruang makan kita.



Di sambut dua buah payung berwarna merah dan mbak-mbak berbusana etnik Bali  ...ya iyalah sudah pasti.
Bernuansa merah dan terracota serta kolom-kolom batu bata ekspose, ruang makan ini terasa adem dan nyaman.




Jadi pengen berlama-lama makan sambil merasakan sejuknya udara pegunungan dengan view hamparan undakan sawah selepas pandangan mata, telinga juga dibuai iringan gamelan Bali, makanannya juga enak dan banyak. tinggal pilih mau menu yang mana.



Resto ini mengingatkan Murni's cafe di Ubud. Apa kabar ya kafe yang cantik  itu, beberapa kali ke Bali  gak pernah menyempatkan mampir ke cafe itu. 
kafe itu juga memberi pengalaman unik menyusuri indoornya dari lantai ke lantai yang turun mengikuti kedalaman lembah. Dilantai tempat kita sering duduk, keliatan studio lukis Antonio Blanco yang berada di tebing seberang yang hanya dipisahkan sungai.
Bartender di salah satu lantai kafe itu baik pada si kembar. Minuman mereka diberi hiasan bermacam-macam payung kecil yang cantik, apa aja dijadikan untuk mainan mereka yang waktu itu gak berenti bergerak kesana-kemari dalam mood yang selalu ceria dengan energi yang juga selalu full power. Ah masa kanak-kanak si kembar dwaktu tinggal di Bali....

Kemarin rencana mau mampir ke Ubud, tapi karena hujan deras jadi cukup menikmati Ubud dari balik kaca mobil aja. Dengan melewatinya saja rindu suasana adem, magis dan tenang ini sudah sedikit terobati.


Seperti biasa kalo dalam perjalanan, ke toilet itu kudu ketika sampai ke suatu tempat, tapi sebelumnya rekomendasi dulu dari temen yang sudah duluan ke toilet, supaya selera makan tetap terjaga toh, dan ke toilet lagi sebelum melanjutkan perjalanan.
Toilet di resto ini, sama dengan menuju ke ruang makan yang lain. Tetap menuruni tangga yang dindingnya dibuat dari batu relief  serta view....selalu diikuti viewnya yang amazing. Sebenarnya sih saya gak merasa perlu menutup pintu, tapi yah gitu deh...


Ke Bali, selalu  ada tempat unik untuk dikunjungi, makanan untuk dinikmati dalam atmosfir tidak pernah biasa-biasa saja, dan selalu menjadi cerita untuk dibawa pulang dan di kenang.


You Might Also Like

1 komentar

Subscribe