aksen antik di hotel colonial makassar

Senin, November 19, 2012

Tidak banyak hotel di Makassar yang di percantik dengan perabot antik yang menegaskan aura magis tempoe doeloe sejak awal menginjakkan kaki sampai ke dalam ruang tidurnya.
Colonial Hotel Makassar.
Sesuai dengan namanya, hotel yang keberadaannya masih terbilang pendatang baru di jalan Tanjung Bunga Makassar ini  mengadaptasi kemegahan arsitektur klasik kolonial.
 



Area portico  menuju ke area penerima.
Bentuk bangunannya simetris dan mengacu pada prinsip bangunan iklim tropis yang di tandai dengan overstek yang menonjol keluar , bentuk atap dan  teritisan dibuat lebar untuk menahan teriknya sinar matahari dan tempias hujan.


Dilengkapi jendela-jendela krepyak kayu, pintu-pintu kaca lipat geser serta banyaknya bukaan lebar di sepanjang dinding berfungsi untuk memaksimalkan masuknya cahaya alami dan sirkulasi udara segar.
Saya suka dengan deretan jendela krepyak yang  bikin  wajah hotel  ini semakin cantik dan tidak biasa.


Sebuah becak .... dan model brondong cakep! di antara deretan vegetasi tropis menjadi eye catching di area main entrance hotel.


Di area penerima ada lumpang kayu yang lubangnya di tutup kaca bening. Saya suka karena selain kaca bening untuk top counter, lumpang ini dibiarkan tetap dengan finishing aslinya. Maksudnya gak di touch up lagi, dibiarkan apa adanya yang memperlihatkan keropos kayu dan lubang-lubang tanda dimakan usia.


Pada sisi yang berbeda masih di area penerima ada peti kayu yang ukuran tingginya di atas rata-rata yang dibagian kaki terbuat dari kayu berbentuk roda.


Peti ini dipercantik dengan lempengan ukiran kuningan di sekeliling bagian kuncinya. Aksen bulatan-bulatan kecil diseluruh bagian kuningan juga di bagian tutup peti.


Foto-foto hitam putih bangunan-bangunan bersejarah Makassar tempoedoeloe yang yang dibingkai kayu tua sebagai aksen penghias dinding area penerima.


Yang selalu ada pada denah bangunan klasik adalah selasar panjang yang menghubungkan ke ruang-ruang yang lain, seperti selasar ini. Deretan kolom geometris yang diberi aksen lampu hitam dari besi ukir dan deretan chandelier kristal finishing gold mempertegas area sirkulasi yang mengarah ke lobby hotel.


Dan aksen tegel kunci yang diaplikasikan di bagian lantai selasar membentuk pola geometris.


Handle pintu antik ukuran besar menghias pintu kaca dua bukaan yang difinishing gelap, membuka ke arah lobby hotel.


Di bagian kiri selasar ada multi function room dan restoran. Gemericik air dari kolam dangkal berhias vegetasi tropis  menghijaukan area penerima ini.


Inner courtyard yang berada disebelah kanan selasar ini di apit area penerima dan beranda luas. 
Deretan palem dan tanaman air menyatu dengan kursi-kursi tempat duduk bersantai di area open space yang lantainya terbuat dari koral sikat kombinasi abu-abu dan krem membentuk pola geometris. kontras dengan kilap marmer dari lantai-lantai yang mengelilingi area ini.


Beranda luas di bagian dalam yang bersebelahan dengan lobby hotel mengingatkan akan rumah-rumah tempoe doeloe. Beranda ini dibuat nyaman dengan adanya kursi-kursi untuk menikmati teh sore hari.


Bahkan day bed pun ikut membuat ruang ini semakin terasa nyaman.


Di samping day bed ada end table yang dihias mesin jahit tua. Surprise deh....jadi inget rak mesin serupa di  Sao Eating Point Mall Mari Makassar..
.

Mesin Singer antik ini kayak punya nenekku dulu yang diberikan ke mamie. Di mesin  inilah saya mulai belajar menjahit di usia SD dulu. Tadinya mesin ini sempat ikut ke rumahku yang sekarang, tapi karena sering ngadat dan berkali-kali diperbaiki saya beralih ke mesin Singer yang keluaran terakhir lengkap dengan variasi jenis jahitan hiasnya. Mesin antiknya masih ada di rumah mamie sampe sekarang, lengkap dengan meja antiknya.


Ternyata di beranda ini gak cuma ada mesin jahit antik, tapi disisi dinding yang terjauh ternyata juga ada radio antik yang didisplay diatas end table berkaki langsing.


Kekasihku suka dengan radio antik ini. Keinginannya belum kesampean memiliki radio antik seperti ini. Padahal di rumah masa kecil papieku pernah ada radio seperti ini yang dudukannya dari kuningan. Di rumah masa kecil mamie juga pernah ada. Tapi semua itu sekarang menghilang entah kemana.


Bentuk lengkung lapisan veneer plywood radio antik ini  memperlihatkan detail khas dari abad pertengahan.
Semangat lestari dari hotel ini perlu di beri acungan jempol, barang-barang antik yang di display semuanya dibiarkan tetap dalam kondisi aslinya.


Lapisan veneer di bagian atas radio antik yang terkoyak dimakan usia.


Jadi pengen tau kayak apa ya bunyinya...kayaknya masih inget dengan bunyi kresek-kresek waktu tombol ini di puter mencari signal frekwensi. Bunyinya juga gak sejernih radio sekarang. RRI kan...aduuuhhh masih inget juga deh bunyi nyanyian pulau kelapa disetiap opening tune berita tandanya mesti buru-buru ke sekolah karena sudah telat!


Buffet yang di install wastafel berbentuk baskom diatas counter top marmer putih, dan....diriku dalam pantulan cermin.


Lobby hotel yang tidak terlalu besartetap mempertahankan style jaman dulu, dengan perabot ukiran yang di finishing coklat elegan dan day bed yang di letakkan berhadapan disisi meja counter ukuran standart. 
Foyer di area lift ini so elegan ya.


Lantai marmer lift di beri aksen plat berukir motif floral. 
Hotel ini tampil cantik. di setiap detail.
Nanti saya posting juga detail-detail cantik di deluxe suite tempat kami nginap lengkap dengan balkon yang memasukkan pemandangan laut ke setiap sudut suite.

You Might Also Like

4 komentar

  1. Belum pernah liat hotel ini. DI Tanjung Bunga ya? Keren ya, suasana tempo doeloenya dapat :)

    BalasHapus
  2. Belum pernah liat hotel ini. DI Tanjung Bunga ya? Keren ya, suasana tempo doeloenya dapat :)

    BalasHapus
  3. Belum pernah liat hotel ini. DI Tanjung Bunga ya? Keren ya, suasana tempo doeloenya dapat :)

    BalasHapus
  4. Hotelnya berkesan homey, kalo mba dapet kamar yg seaview pasti lebih oke. Tapi hotelnya belum begitu rame sih....

    BalasHapus

Subscribe